Kamis, 25 Oktober 2012

Perkembangan Kapal Perang Layar

Galley

Kapal perang pada awalnya menggunakan layar dan pendayung. Kapal perang ini sangat sederhana dan pertempurannya menggunakan pedang dan tombak dalam jarak dekat. Selain itu, kapal dilengkapi dengan alat pendobrak yang dipasang pada bagian haluan kapal. Sehingga, kapal tersebut, dengan kekuatan pendayung ditabrakkan pada kapal lawan sehingga bocor dan tenggelam. Kapal ini kemudian dikenal sebagai galley. Selain galley, pada masa itu , bangsa Viking dari Skandinavia memakai kapal yang dikenal sebagai "Viking Longship".
Selain menggunakan pendobrak pada haluan kapal, pada kapal tertentu menggunakan penyembur api, yang dikenal kemudian dikenal sebagai "api Yunani", dan pada masa peperangan antara Romawi-Karthago, kapal-kapal Romawi dilengkapi dengan jembatan yang disebut dengan corvus.
Dalam perkembangan selanjutnya, kapal dilengkapi dengan bangunan di tempat yang agak tinggi sebagai pemanah, yang pada perkembangan selanjutnya dikenal sebagai bridge atau anjungan, yang nantinya berfungsi sebagai pusat komando. Selain bridge, kapal juga dilengkapi castle atau semacam benteng pada haluan dan buritan kapal. Tujuannya adalah agar para pemanah lawan tidak dapat melumpuhkan kapal baik dari haluan kapal maupun buritan kapal. Dari konsep iniluah, kapal kemudian dipertebal dan diperkuat. Konsep ini diterapkan diawali oleh Angkatan Laut Kerajaan di kawasan Eropa Utara.
Selain Eropa, bangsa China juga menganut konsep kapal jenis ini termasuk masa Laksamana Cheng Ho yang melakukan ekspedisi pada abad ke-15. Berbeda dengan bangsa-bangsa Eropa. Bangsa China tidak mengembangkan kapalnya, yang masih berupa kapal jung tersebut menjadi kapal perang yang didesain khusus.
Perkembangan lain adalah masuknya senjata api dan meriam dalam kapal. Tercatat pada Pertempuran Lepanto, merupakan akhir penggunaan panah yang masih dipakai oleh angkatan laut Kekaisaran Utsmaniyah, dibandingkan pelaut Eropa yang sudah mulai menggunakan senjata api. Dipakainya senjata meriam, membuat kecepatan kapal menjadi relatif melambat karena kecepatan kapal tidak dapat mengimbangi kecepatan peluru meriam. Tenaga dayung akhirnya diganti dengan tenaga layar.

Galleon

Penggunaan meriam pada kapal perang membuat ukuran kapal menjadi semakin besar dan berat, karena harus mengangkut meriam yang cukup jumlahnya untuk menambah daya gempur kapal. Sekaligus juga harus meningkatkan daya jelajah kapal, karena mengimbangi jarak jangkau meriam sekaligus pertemputan laut yang semakin jauh dari kawasan pantai atau coastal. Kapal-kapal layar tersebut perlu dibangun dengan rancangan baru untuk menyesuaikan dengan keadaan.
Pada abad ke-16 dirancanglah kapal-kapal untuk menjawab keperluan tersebut. Kapal tersebut memiliki tiga tiang utama untuk layar dan dek berlapis untuk memuat lebih banyak meriam. Kapal jenis ini kemudian diberi nama Galleon, dan kemudian merajai pelayaran abad ke 16 hingga sesudahnya, yang kemudian digunakan sebagai sarana menjelajah, perdagangan sekaligus untuk memperluas daerah jajahan.

Frigatte atau Fregat

Sejarah kemudian mencatat, negara-negara maritim seperti Spanyol, Belanda, Inggris, Portugal memerlukan kapal-kapal perang yang lebih lincah, lebih gesit dan lebih ringan dibandingkan dengan galleon. Hal ini diperlukan untuk menjaga atau patroli di wilayah jajahan sekaligus untuk menjaga kehadirannya di perairan dengan jumlah kapal yang lebih banyak. Untuk itu pada abad ke-17 hadirlah kapal-kapal fregat atau frigatte.
Kapal fregat memiliki ukuran lebih kecil daripada galleon namun memiliki tiga tiang layar. Kapal ini kemudian diangap sebagai kapal tempur utama atau ship of the line dalam suatu armada. Pada abad ke 18 dan 19 frigatte kemudian dimodifikasi dan ditambahkan tempat komando yang kemudian ditambahkan pada kapal galleon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar